Selasa, 24 Juli 2012

Bikepacker Ke Kota Kembang


Buat sebagian orang terutama yang berada didaerah perkotaan, alarm pagi di hari Senin merupakan musuh terbesar yang harus dihancurkan. Huft! Tapi buat saya yang "tidak beraktifitas" alarm di hari Senin, 23 Juli 2012, merupakan signal utk segera mandi dan bersiap-siap untuk menuju trip saya hari itu.

"Bangun..sekarang pukul 03.30. Bangun.." Begitulah bunyi alarm saya yg memang sengaja di-set sedemikian rupa. Tapi tampaknya efek tidur yg kemalaman, jadilah saya tidur lagi 15 menit lebih lama.

Trip saya kali ini adalah destinasi yang terkenal di kalangan keluarga di Jakarta khususnya. Apalagi bagi mereka yang ingin mencari udara yang sejuk. Puncak - Jawa Barat.

Sedikit penampakan Cimol :p
Berangkat dengan menggunakan motor kesayangan saya, yang bernama Cimol. Saya berangkat tepat di pukul 04.45 wib. Sepatu, celana jeans, kaos yang nyaman, dan sarung tangan biker, jaket dan tak lupa juga helm yang pastinya SNI, merupakan perlengkapan standart yang pastinya selalu saya kenakan setiap melakukan Bikepacker.

Bikepacker? Varian baru apalagi itu dari dunia traveling? Menurut pengertian saya, Bikepacker itu sendiri adalah berpergian dengan menggunakan sepeda motor dengan jarak yang cukup jauh. Punya artinya lebih baik? Monggo.. :) 

Selamat Datang Di Kota Bogor
Mengambil rute dari Bekasi, melewati Cibubur lalu lanjut ke arah Bogor dan berakhir di Tajur. Saya merasakan adrenalin yang seru untuk saya pagi itu. Meskipun matahari sudah menyapa dengan hangat, tapi bagi saya udara pagi itu cukup untuk membuat jari-jari saya sedikit kaku. Itu baru wilayah Bogor. Puncak? 

Nah! Kalo di Puncak, sudah pasti cuacanya lebih dingin dibandingkan Bogor. Dengan kontur jalanan yang berkelok-kelok secara teratur. Udara di Puncak otomatis membuat saya mendadak flu. Tapi hal itu tidak menyurutkan niat saya untuk terus tancap gas ke destinasi saya berikutnya. :)

Kawasan Wisata Puncak
Mengingat bulan ini dan hari Senin itu adalah puasa, maka saya dengan berat hati harus merelakan sate maranggi favorite saya tidak berjualan. Untungnya pagi tadi saya sudah sarapan dengan sarapan sejuta umat manusia. Yup! Mie instan dengan toping telur setengah matang. #infosuperpenting

Melewati satu persatu tempat di Kawasan Wisata Puncak, Jawa Barat. Sesekali saya mengupdate lokasi saya ke (uhuk!) pacar saya dan juga TravelTroopers via bbm group. Oh iyah..saya dan pacar saya sedang menjalankan masa LDR-an loh. Itu loh..Long Distance Relationship. #YakSip #InfoPening

Pemandangan Puncak
Kawasan Wisata Puncak tidak hanya TSI (Taman Safari Indonesia), tapi ada juga tuh buat yang mau piknik-piknik lucu barengan sama ganknya. Bisa meluncur ke Cibodas. Dengan lanskap yang berbukit-bukit dan udara yang sejuk, cocok tuh buat wisata piknik.

Atau kalo yang mau teawalk dan nge-teh di hamparan perkebunan teh, bisa juga melipir ke Perkebunan Teh Gunung Mas. Pemandangan hijau bisa bikin mood kamu kembali ceria.

Itu baru 2 tempat wisata alternatif di Kawasan Wisata Puncak, Jawa Barat. Yang lainnya? Silahkan meluncur langsung ke Puncak. Hanya 2 jam (kalo gak macet yah!) dari Jakarta via toll.

Balik lagi yuk ke Bikepacker saya. #lah *ketok lembut kepala, kakak*

Setelah melewati Cipanas, saya berfikir kalo tanggung yah kalo cuma sampai di sini dan gak ada satu rumah makan pun yang buka! #yakali

Lalu hati besar saya mengatakan untuk saya lanjut terus ke arah Bandung! Yoih! Bandung, permisah!

Jujur ini adalah Bikepacker saya sendirian pertama kali ke Bandung. Sebelumnya pernah, tapi sifatnya touring (iring-iringan motor dalam satu club - red). Itupun dengan rute yang berbeda dari yang saya lewati hari ini.

Dengan bermodalkan keyakinan dan sikap yang optimis, maka saya memutuskan.....Regina..kamu aman malam ini! #lospokus

Saya akan menuju Bandung ala Bikepacker! *semuanya bilang WOW yuk..!* WOW!

Jujur (lagih?! - red) saya gak tau pasti rute pergi ke arah Bandung. Saya cuma mengingat rute Bandung itu dari kata orang yang sudah ke sana naik motor. Rute intinya adalah Cipanas - Cianjur - Bandung. Tapi gak segampang itu ternyata rutenya. Banyak daerah-daerah yang gak kesebut dalam rute tersebut.

Soal jarak? Hmm...kasi tau gak yah? *dikeplak pembacah*

Untuk pergi pulang, jarak yang tertera di kilometer motor saya adalah 326km. Menghabiskan uang untuk bahan bakar sebesar Rp38.500.

Menuju Bandung dengan rute saya ini, mengingatkan saya kalo rute tersebut pernah saya lewati dengan mobil bersama keluarga saya. Tentu saja saya masi kecil, tetapi gak pernah lupa tuh sama jajaran gunung batu kapur berikut truk-truk dengan model kunonya untuk mengangkut batu-batu kapur tersebut. Rute ini adalah rute utama selain Purwakarta, sebelum adanya toll Cipularang.

Ditengah jalan rupaya timbul keraguan dan ketakutan saya untuk melanjutkan perjalanan ke Bandung. Ragu apa saya nanti bisa pulang tidak terlalu malam, dan takut apa nanti saya akan baik-baik saja selama perjalanan pulang nanti. Mengingat...jalanannya kalo kata bikers sih, tipe jalanan bersifat cornering.

Dalam hati saya sudah bilang, kalo nanti ketemu pom bensin, saya akan putar balik dan pulang. Akhirnya ketemu juga pom bensin! Isi bahan bakar dulu, trus iseng mulut saya nanya ke petugas pom bensin, masi jauh apa enggak untuk ke Bandung. "Setengah jam lagi kok, mas ke arah Bandung kotanya." Ngg..Ok! Setengah jam lagi yah? Tanggung nih kalo saya balik pulang!

Cimahi, merupakan kota pertama yang saya lewati sebelum masuk wilayah Bandung kota. Rupaya macet yah..akibat aktivitas jual beli sayur mayur, ayam, daging dan ikan. Ya ampun...bilang ajah napa aktivitas pasar!

Satu hal yang bikin saya sedikit harus berakrobatik adalah banyaknya angkot-angkot yang bisa tiba-tiba berhenti tanpa lampu sein. Sungguh..terlalu.. *jreng*

Memasuki Bandung kota, saya langsung menuju ke Kartika Sari untuk membeli oleh-oleh berupa pisang molen dan brownies kukus. 2 pack molen mini dan 1 pack brownies kukus ditebus dengan harga Rp92.000. Berhubung bulan puasa, agak sulit menemukan tempat makan yang buka. Beruntung bagi saya menemukan mie kocok yang letaknya tidak jauh dari Kartika Sari. Lengkap dengan tenda yang super ketutup, saya menikmati semangkok mie kocok khas Kota Kembang ini. Harganya? Cukup murah. Rp16.000 sudah termasuk 1 teh botol. 

Grand Serella - Ariel :))
Selesai makan saya melanjutkan untuk ke Jl. Riau. Berbekal arahan yang diberikan oleh tukang parkir. Jalan yang cukup populer dengan deretan factory outlet yang terkenal seantero Bandung. Sebut saja BaBe (Barang Bekas). Entah kenapa setiap kali ke Bandung, saya pasti mampir ke sini. Sekedar untuk melihat-lihat atau membeli. Harga yang ditawarkan pun cukup masuk akal (menurut saya loh). Barangnya pun macam-macam. Mulai dari jam tangan, sampai peralatan musik, tas, bahkan brankas juga ada.

Hari itu rupaya, Ariel yang merupakan vokalis Peterpan mendapatkan bebas bersyarat. Presscon-nya sendiri di adakan di Grand Serella yang terletak tidak jauh dari BaBe. Langsung saya menuju kesana, karena sudah janjian terlebih dahulu dengan salah satu Troopers, yaitu Rozy alias Ojie, yang juga seorang penyiar radio kondang di GenFM. (Stay tune terus yah di 98,7 GenFm, Sobat Gen!). Dia akan meliput presscon-nya Ariel.

Balik Ke Bekasi

Jam 1 siang tepat saya harus melanjutkan kembali perjalanan saya menuju Bekasi. Sesuai tadi yang saya bilang diatas. Totally saya gak tahu jalan pulang. Meskipun saya bisa lewat rute yang sama seperti pada saat saya datang, tapi rute pulang ternyata berbeda.

Bali? Bukan. Ini Taman Buah Mekarsari 
"Malu bertanya (katanya) sesat di jalan" arah pertama yang saya tanyakan adalah arah menuju ke Cimahi. Kemudian diarahkan ke arah Padalarang. Nah! Dari situ sudah gampang untuk menuju arah pulang. Tinggal pilih dari Cimahi, mau pulang lewat Cianjur lanjut ke Puncak dan Bogor. Atau..lewat Cimahi kemudian lewat Jonggol. Rute kedua inilah yang saya pilih. Lewat Jonggol! Jalanan relatif sepi dan banyaknya tanjakan, turunann, maupun cornering yang tajam. Untuk kamu-kamu yang ingin jadi pembalap ala Casey Stoner atau Taufik Hidayat (lah??), bisa tuh lewatin Jonggol.

Lewat Jonggol, akan tembus langsung ke tempat wisata Taman Buah Mekarsari. Rutenya cukup gampang, tinggal mengikuti papan petunjuk arah. Pemandangan menuju Jonggol untuk saya pribadi sungguh keren yah. Banyak pepohonan tinggi dan juga petak-petakan sawah yang sudah jarang bisa kita lihat kalo di perkotaan.

Sesampainya di rumah saya tepat jam 6.15 sore hari. Ada perasaan yang super menyenangkan, menegangkan dan gila dalam diri saya. Yang pertama belum tentu yang terakhir kali kan? :)

Cheers! 

Tips:
- untuk bertanya jalan dimanapun kamu berada, percayakan untuk bertanya kepada tukang parkir. 





Rabu, 18 Juli 2012

Bromo - A Trip To Sunrise

Bukan...ini bukan tentang kisah cinta saya dan pacar saya. Ini merupakan catatan perjalanan ke Bromo. 

Alkisah, 2 anak manusia yaitu Roro Anteng dan Joko Seger yang sudah menikah sekian lama, namun tidak mempunyai anak dlm pernikahan mereka. Kemudian mereka pergi sebuah gunung Bromo, untuk berdoa dan meminta agar di karunia keturunan oleh Dewa Brama. Roro Anteng dan Joko Seger berjanji, jikalau mereka di karunia keturunan, mereka akan mempersembahkan keturunan mereka kepada Dewa Brama. 

Akhirnya mereka pun diberikan keturunan. tidak hanya 1, melainkan 13 anak laki-laki dan 12 anak perempuan. Dikarenakan 1 anak tidak mempunyai pasangan, maka anak itu melarikan diri ke gunung Bromo. Seluruh warga desa mencari sang anak, namun tidak diketemukan. Akan tetapi Roro Anteng dapat mendengar suara anaknya tersebut, yang mengatakan kalau sang anak sudah tenang di Gunung Bromo. Sebagai gantinya sang anak minta agar seluruh warga desa membawakan sesajian setiap tahunnya ke puncak Gunung Bromo.

Karena itu, akhirnya desa tersebut dinamai Desa Tengger yang merupakan akhiran nama dari Roro Anteng dan Joko Seger. dan nama Gunung Bromo diambil dari nama Dewa Brama yang dipercaya mendiami Gunung Bromo.

Menuju Gunung Bromo

Ini merupakan trip saya yang kedua ke Bromo, setelah sekian lama, bahkan sangat lama dari trip saya waktu pertama kali ke Bromo. Berbekal mobil pinjaman milik kantor dari (uhuk!) pacar saya, yaitu Venny (@VennySiAmoy). Kami berempat menuju ke Bromo. Ada saya, Venny, Richard, dan Kelvin.

Batu Night Spectacular - Batu, JaTim - Indonesia
Perjalanan dari kota Surabaya dapat ditempuh dengan mengambil rute jalan toll, dengan exit toll Porong. Keluar toll, ambil belok kanan ke arah Sidoarjo. Karena hari masih siang, mama ke kantor dan papa arisan (mulai gak pokus!), kami berencana untuk punya 2 anak saja cukup menuju terlebih dahulu ke Malang, untuk mampir ke perkebunan Apel di Agrowisata Malang. Namun sayang, dikarenakan kurangnya pengendalian diri dan hawa napsu pengetahuan akan arah, kami (hampir) sampai di Agrowisata. Tapi untuk dari kehilangan arah tersebut, kami terdampar di dada Pamela Anderson BNS (Batu Night Spectacular). BNS adalah taman hiburan yang ada di daerah Batu, Jawa Timur. Mirip-mirip Dufan yang ada di Jakarta, tapi tiketnya lebih murah. Hanya Rp15.000 rupiah saja.

Dari Arah Batu, kami bergegas untuk menuju ke Bromo. Berangkat jam 8 malam dari Batu, kami mengambil arah ke Pasuruan - Probolinggo. Dengan kecepatan 80km/jam, kami jam stengah 10 malam sudah sampai di Kabupaten Pasuruan. Cari makan dulu di Kab. Pasuruan supaya gak kedinginan pas sampai Bromo nanti. 

Dari arah Pasuruan, ambil belokan ke kanan, setelah ada plang jalan menuju Bromo. Dari situ, akan disuguhi pemandangan hutan-hutan yang, saya yakin akan indah pada waktunya bagus dan asri welas pada waktu pagi hari. Dikarenakan kami sampai di sana pada malam hari, maka suasana jalan begitu lenggang dan sepi, sesekali ada penduduk yang lewat. Untuk mengusir rasa sepi, kami nari stamina mina ee waka waka ee menyetel channel radio setempat yang sedang memutarkan lagu-lagu bahasa Jepang. 

Jam 11 tepat kami sampai di pintu masuk Taman Impian Jaya Ancol Taman Nasional Gunung Bromo - Tengger. Banyak sekali warga sekitar yang menghampir kami untuk meminta tandatangan kami ataupun berfoto bareng menawakan jasa jeep maupun ojek. Harga yang ditawarkan untuk sewa jeep adalah harga resmi, yaitu Rp350.000/jeep untuk kapasitas 6 orang, namun itu belum termasuk tiket masuk sebesar Rp5.000/org. Harga sewa jeep tersebut untuk 2 tempat, yaitu Penanjakan (untuk melihat sunrise) dan Kawah Bromo. Sedangkan untuk harga Rp700.000 untuk 4 tempat, yaitu Penanjakan, Kawah, Pasir Berbisik, dan Savana. Sedangkan harga sewa untuk gadis-gadis belia ojek adalah Rp75.000/org. Silahkan pilih gadis-gadis yang kalian suka moda transportasi mana yang cocok dengan kantong kalian.

Sunrise - Kawah - Lupa Ingatan

Tidur di dalam mobil dengan suhu 10 derajat celcius, kami bangun jam 3 pagi untuk menyewa jeep. (saran: lebih baik menyewa jeep pada saat kalian sampai dan langsung menuju ke pos). Dikarenakan banyaknya pertimbangan yang kami lakukan, maka kami kehabisan jeep untuk menuju ke Penanjakan dan Kawah Bromo. Lalu datang lagi warga sekitar yang menawarkan jasa jeep dan ojek. Lalu kami deal untuk memakai Jeep. Nah! Disinilah kami mengalami sedikit kendala. Seorang penawar jasa kepada kami, meyakinkan kami kalau jeepnya ada dan memberi option untuk bisa bayar lgs ke dia, atau ke pos. Venny dengan pemikiran yang ekonomis, menyarakan saya untuk mengikuti penawar jasa tsb. Untung kami mengikuti penawar jasa tsb sampai pos. Kata Pak Rekun, yang merupakan 'kuncen" bagi driver jeep, kalo jeepnya ada tetapi dirvernya gak ada! Untung kami belum memberikan uang Rp350.000 ke penawar jasa tsb!

Jeep yang digunakan - Sumber: google
Dengan bermodalkan muka memelas, kami meminta sewa 1 jeep ke Pak Rekun. Beliau mengusahakan jeep yang kami butuhkan, dan mungkin itu merupakan hari keberuntungan bagi kami, jeepnya ada! *emoticon dance*

Driver kami bernama Pak Satip, beliau merupakan penduduk asli Desa Tengger. Beliau banyak cerita mengenai Bromo dan Tengger, yang kisahnya saya tuliskan diatas sebelumnya.

Setelah membayar tiket masuk yang terlebih dahulu ditalangi oleh Pak Satip, jeep kami meluncur dengan penuh birahi dengan lincah ke Penanjakan. Namun sayang, karena ramainya lalu lintas menuju sana, kami harus berjalan kaki sejauh hampir 1KM menuju Penanjakan. Suhu udara masih sangat dingin waktu itu, tapi tidak menurunkan libido kami semangat kami untuk melihat sunrise pada pukul 05.20.

Menanti Cinta Sunrise
Ramai dan berdesak-desakan. Itulah CokiCoki yang harus kami alami untuk mendapatkan spot terbaik untuk melihat sunrise. Wisatawan dari dalam dan luar negri sangat antusias untuk menyaksikan sunrise, yang diiringi dengan teriakan-teriakan mama minta pulsa untuk menyambut sunrise.

Perlahan suhu Aceng udara yang tadinya sungguh dingin, menjadi hangat, sehangat mentari menyambut kami yang sedari tadi menunggunya.

Perpaduan warna yang sungguh indah untuk mengagumi ciptaan Tuhan yang satu ini. "Tuhan yang menciptakan, Manusia yang menikmatinya."
Setelah puas melihat gadis desa mandi dan mencuci sunrise, kami bergegas menuju ke jeep, untuk menuju ke spot berikutnya, yaitu Kawah Bromo.

Lautan Pasir
Melewati jalan yang curam dan turunan dengan kemiringan 45 derajat di titik-titik tertentu, kami akhirnya sampai di lautan pasir. Jeep-nya Pak Satip begitu lincah melibas trek lautan pasir tersebut.Sesampainya di tempat parkir, kami melanjutkan berjalan kaki menuju ke kaki Gunung Bromo. Berjalan sejauh hampir 2 kilometer di lautan pasir bukan hal yang mudah. Karena sifat pasir yang menghisap dan banyaknya "ranjau darat' berupa kotoran kuda, harus ektra hati-hati. Disarankan untuk memakai sepatu yang nyaman.

Tangga Pendakian Menuju Kawah Bromo
Sebenarkan kalo malas untuk berjalan kaki, bisa juga kok menyewa kuda, dengan merogoh kocek Rp100.000 untuk sampai di kaki Gunung Bromo. 

Oh iyah, gunakan masker dan syal yah untuk melewati lautan pasir. soalnya banyak debu debu intan pasir yang berterbangan. Lumayan untuk bikin sesek napas.

Tangga Pendakian untuk dapat melihat Kawah Bromo, berjumlah sekitar 245 anak tangga. Ada beberapa anak tangga keatas yang sudah rusak, mohon kehati-hatiannya. Kalo gak pokus, salah-salah bisa tergelincir.

Kawah Gunung Bromo
Sesampainya di Kawah Bromo, udaranya terasa hangat dan sedikit berbau belerang. Ambil foto sejenak dan berinteraksi dengan beberapa turis mancanegara, hanya 15 menit kami ada di atas Gunung Bromo. Untuk turunpun harus mengantri supaya tidak terjatuh dalam pelukan di tangga.

Jalur turun lebih enak dan gak terlalu menguras bak mandi seminggu 2x tenaga seperti saat jalur pendakian. Namun harus hati-hati mengambil jalur, baik naik atau turun supaya gak ditabrak kuda, seperti yang saya alami.

Sesampainya ditempat parkiran jeep, kami langsung capcus menuju parkiran mobil kami di pos Taman Nasional Bromo - Tengger. Nah! Disini ada kejadian yang lucu (menurut kami loh! #teges). Kami berempat mendadak lupa ingatan! Kami lupa siapa nama driver jeep kami. Dengan muka unyu mirip Jay Chou (silahkan muntah, pembaca), saya menanyakan ke driver kami namanya. Dengan muka terperangah (beneran loh), beliau memberitahukan namanya adalah Pak Satip! #Zonk

Bromo...Satu lagi ciptaan Tuhan, dengan segala pesonanya. :) 
 
*Sekilas Info*

Bulan Agustus tahun ini tanggal 3-4, ada Festival Tengger. Sebuah festival, dimana seluruh suku Tengger membawa sesajian ke Kawah Gunung Bromo. Yuk!