Rabu, 18 Juli 2012

Bromo - A Trip To Sunrise

Bukan...ini bukan tentang kisah cinta saya dan pacar saya. Ini merupakan catatan perjalanan ke Bromo. 

Alkisah, 2 anak manusia yaitu Roro Anteng dan Joko Seger yang sudah menikah sekian lama, namun tidak mempunyai anak dlm pernikahan mereka. Kemudian mereka pergi sebuah gunung Bromo, untuk berdoa dan meminta agar di karunia keturunan oleh Dewa Brama. Roro Anteng dan Joko Seger berjanji, jikalau mereka di karunia keturunan, mereka akan mempersembahkan keturunan mereka kepada Dewa Brama. 

Akhirnya mereka pun diberikan keturunan. tidak hanya 1, melainkan 13 anak laki-laki dan 12 anak perempuan. Dikarenakan 1 anak tidak mempunyai pasangan, maka anak itu melarikan diri ke gunung Bromo. Seluruh warga desa mencari sang anak, namun tidak diketemukan. Akan tetapi Roro Anteng dapat mendengar suara anaknya tersebut, yang mengatakan kalau sang anak sudah tenang di Gunung Bromo. Sebagai gantinya sang anak minta agar seluruh warga desa membawakan sesajian setiap tahunnya ke puncak Gunung Bromo.

Karena itu, akhirnya desa tersebut dinamai Desa Tengger yang merupakan akhiran nama dari Roro Anteng dan Joko Seger. dan nama Gunung Bromo diambil dari nama Dewa Brama yang dipercaya mendiami Gunung Bromo.

Menuju Gunung Bromo

Ini merupakan trip saya yang kedua ke Bromo, setelah sekian lama, bahkan sangat lama dari trip saya waktu pertama kali ke Bromo. Berbekal mobil pinjaman milik kantor dari (uhuk!) pacar saya, yaitu Venny (@VennySiAmoy). Kami berempat menuju ke Bromo. Ada saya, Venny, Richard, dan Kelvin.

Batu Night Spectacular - Batu, JaTim - Indonesia
Perjalanan dari kota Surabaya dapat ditempuh dengan mengambil rute jalan toll, dengan exit toll Porong. Keluar toll, ambil belok kanan ke arah Sidoarjo. Karena hari masih siang, mama ke kantor dan papa arisan (mulai gak pokus!), kami berencana untuk punya 2 anak saja cukup menuju terlebih dahulu ke Malang, untuk mampir ke perkebunan Apel di Agrowisata Malang. Namun sayang, dikarenakan kurangnya pengendalian diri dan hawa napsu pengetahuan akan arah, kami (hampir) sampai di Agrowisata. Tapi untuk dari kehilangan arah tersebut, kami terdampar di dada Pamela Anderson BNS (Batu Night Spectacular). BNS adalah taman hiburan yang ada di daerah Batu, Jawa Timur. Mirip-mirip Dufan yang ada di Jakarta, tapi tiketnya lebih murah. Hanya Rp15.000 rupiah saja.

Dari Arah Batu, kami bergegas untuk menuju ke Bromo. Berangkat jam 8 malam dari Batu, kami mengambil arah ke Pasuruan - Probolinggo. Dengan kecepatan 80km/jam, kami jam stengah 10 malam sudah sampai di Kabupaten Pasuruan. Cari makan dulu di Kab. Pasuruan supaya gak kedinginan pas sampai Bromo nanti. 

Dari arah Pasuruan, ambil belokan ke kanan, setelah ada plang jalan menuju Bromo. Dari situ, akan disuguhi pemandangan hutan-hutan yang, saya yakin akan indah pada waktunya bagus dan asri welas pada waktu pagi hari. Dikarenakan kami sampai di sana pada malam hari, maka suasana jalan begitu lenggang dan sepi, sesekali ada penduduk yang lewat. Untuk mengusir rasa sepi, kami nari stamina mina ee waka waka ee menyetel channel radio setempat yang sedang memutarkan lagu-lagu bahasa Jepang. 

Jam 11 tepat kami sampai di pintu masuk Taman Impian Jaya Ancol Taman Nasional Gunung Bromo - Tengger. Banyak sekali warga sekitar yang menghampir kami untuk meminta tandatangan kami ataupun berfoto bareng menawakan jasa jeep maupun ojek. Harga yang ditawarkan untuk sewa jeep adalah harga resmi, yaitu Rp350.000/jeep untuk kapasitas 6 orang, namun itu belum termasuk tiket masuk sebesar Rp5.000/org. Harga sewa jeep tersebut untuk 2 tempat, yaitu Penanjakan (untuk melihat sunrise) dan Kawah Bromo. Sedangkan untuk harga Rp700.000 untuk 4 tempat, yaitu Penanjakan, Kawah, Pasir Berbisik, dan Savana. Sedangkan harga sewa untuk gadis-gadis belia ojek adalah Rp75.000/org. Silahkan pilih gadis-gadis yang kalian suka moda transportasi mana yang cocok dengan kantong kalian.

Sunrise - Kawah - Lupa Ingatan

Tidur di dalam mobil dengan suhu 10 derajat celcius, kami bangun jam 3 pagi untuk menyewa jeep. (saran: lebih baik menyewa jeep pada saat kalian sampai dan langsung menuju ke pos). Dikarenakan banyaknya pertimbangan yang kami lakukan, maka kami kehabisan jeep untuk menuju ke Penanjakan dan Kawah Bromo. Lalu datang lagi warga sekitar yang menawarkan jasa jeep dan ojek. Lalu kami deal untuk memakai Jeep. Nah! Disinilah kami mengalami sedikit kendala. Seorang penawar jasa kepada kami, meyakinkan kami kalau jeepnya ada dan memberi option untuk bisa bayar lgs ke dia, atau ke pos. Venny dengan pemikiran yang ekonomis, menyarakan saya untuk mengikuti penawar jasa tsb. Untung kami mengikuti penawar jasa tsb sampai pos. Kata Pak Rekun, yang merupakan 'kuncen" bagi driver jeep, kalo jeepnya ada tetapi dirvernya gak ada! Untung kami belum memberikan uang Rp350.000 ke penawar jasa tsb!

Jeep yang digunakan - Sumber: google
Dengan bermodalkan muka memelas, kami meminta sewa 1 jeep ke Pak Rekun. Beliau mengusahakan jeep yang kami butuhkan, dan mungkin itu merupakan hari keberuntungan bagi kami, jeepnya ada! *emoticon dance*

Driver kami bernama Pak Satip, beliau merupakan penduduk asli Desa Tengger. Beliau banyak cerita mengenai Bromo dan Tengger, yang kisahnya saya tuliskan diatas sebelumnya.

Setelah membayar tiket masuk yang terlebih dahulu ditalangi oleh Pak Satip, jeep kami meluncur dengan penuh birahi dengan lincah ke Penanjakan. Namun sayang, karena ramainya lalu lintas menuju sana, kami harus berjalan kaki sejauh hampir 1KM menuju Penanjakan. Suhu udara masih sangat dingin waktu itu, tapi tidak menurunkan libido kami semangat kami untuk melihat sunrise pada pukul 05.20.

Menanti Cinta Sunrise
Ramai dan berdesak-desakan. Itulah CokiCoki yang harus kami alami untuk mendapatkan spot terbaik untuk melihat sunrise. Wisatawan dari dalam dan luar negri sangat antusias untuk menyaksikan sunrise, yang diiringi dengan teriakan-teriakan mama minta pulsa untuk menyambut sunrise.

Perlahan suhu Aceng udara yang tadinya sungguh dingin, menjadi hangat, sehangat mentari menyambut kami yang sedari tadi menunggunya.

Perpaduan warna yang sungguh indah untuk mengagumi ciptaan Tuhan yang satu ini. "Tuhan yang menciptakan, Manusia yang menikmatinya."
Setelah puas melihat gadis desa mandi dan mencuci sunrise, kami bergegas menuju ke jeep, untuk menuju ke spot berikutnya, yaitu Kawah Bromo.

Lautan Pasir
Melewati jalan yang curam dan turunan dengan kemiringan 45 derajat di titik-titik tertentu, kami akhirnya sampai di lautan pasir. Jeep-nya Pak Satip begitu lincah melibas trek lautan pasir tersebut.Sesampainya di tempat parkir, kami melanjutkan berjalan kaki menuju ke kaki Gunung Bromo. Berjalan sejauh hampir 2 kilometer di lautan pasir bukan hal yang mudah. Karena sifat pasir yang menghisap dan banyaknya "ranjau darat' berupa kotoran kuda, harus ektra hati-hati. Disarankan untuk memakai sepatu yang nyaman.

Tangga Pendakian Menuju Kawah Bromo
Sebenarkan kalo malas untuk berjalan kaki, bisa juga kok menyewa kuda, dengan merogoh kocek Rp100.000 untuk sampai di kaki Gunung Bromo. 

Oh iyah, gunakan masker dan syal yah untuk melewati lautan pasir. soalnya banyak debu debu intan pasir yang berterbangan. Lumayan untuk bikin sesek napas.

Tangga Pendakian untuk dapat melihat Kawah Bromo, berjumlah sekitar 245 anak tangga. Ada beberapa anak tangga keatas yang sudah rusak, mohon kehati-hatiannya. Kalo gak pokus, salah-salah bisa tergelincir.

Kawah Gunung Bromo
Sesampainya di Kawah Bromo, udaranya terasa hangat dan sedikit berbau belerang. Ambil foto sejenak dan berinteraksi dengan beberapa turis mancanegara, hanya 15 menit kami ada di atas Gunung Bromo. Untuk turunpun harus mengantri supaya tidak terjatuh dalam pelukan di tangga.

Jalur turun lebih enak dan gak terlalu menguras bak mandi seminggu 2x tenaga seperti saat jalur pendakian. Namun harus hati-hati mengambil jalur, baik naik atau turun supaya gak ditabrak kuda, seperti yang saya alami.

Sesampainya ditempat parkiran jeep, kami langsung capcus menuju parkiran mobil kami di pos Taman Nasional Bromo - Tengger. Nah! Disini ada kejadian yang lucu (menurut kami loh! #teges). Kami berempat mendadak lupa ingatan! Kami lupa siapa nama driver jeep kami. Dengan muka unyu mirip Jay Chou (silahkan muntah, pembaca), saya menanyakan ke driver kami namanya. Dengan muka terperangah (beneran loh), beliau memberitahukan namanya adalah Pak Satip! #Zonk

Bromo...Satu lagi ciptaan Tuhan, dengan segala pesonanya. :) 
 
*Sekilas Info*

Bulan Agustus tahun ini tanggal 3-4, ada Festival Tengger. Sebuah festival, dimana seluruh suku Tengger membawa sesajian ke Kawah Gunung Bromo. Yuk!
 

10 komentar:

  1. hahaha, ini lucuu. sepertinya sy lbh tertarik baca coret2nya deh bronal..

    But nice story btw :)

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. me, do not like the coretan style, kata2 yg dicoret emang lucu2, jangan dihilangkan! nice story and i do like foto yg lautan pasir - awesome :)

    BalasHapus
  4. yang dicoret-coret itu yang dari kepribadian sesungguhnya. Iya kan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha...tebakannya hampir tepat, OmDim. Coba lagi yah di postingan berikutnya. btw, thx udah mampir! *kecup becek*

      Hapus
  5. lagi cari info ke Bromo ni..
    thanks jadi byk tambahan info.

    keep writing and jalan-jalan
    bybackpack.blogspot.com

    BalasHapus
  6. Hahaha... Ajuurr critanya gara2 coretan2, bikin ngakakk... Next time sempetin jalan2 ke Malang, banyak tempat gak kalah seru walaupun jalan2 di sekitar pusat kota... Kalo butuh tempat nginap, nih ada rekomendasi tempat yang oke... Klik www.kartikagrahahotel.com

    BalasHapus
  7. Bromo Tanjung Pondok Tani
    Dalam rangka Memperkenalkan " Kawasan Tengger-Bromo" dr segala aspek, kami buka pondok pertanian tanjung-tosari unt umum, dng hanya membayar 'sukarela' (tanpa tarif)
    @.kamar los + 2 km mandi luar kapst: 8 s/d 16 orang, cukup memasukan dana "sukarela" ke kotak dana perawatan pondok pertanian.
    # untuk informasi hub per sms/tlp: 081249244733 - 085608326673 ( Elie – Sulis ) 081553258296 (Dudick). 0343-571144 (pondok pertanian).
    # Informasi di Facebook dengan nama : Bromo Tanjung Pondok Pertanian

    BalasHapus