Selasa, 24 Juli 2012

Bikepacker Ke Kota Kembang


Buat sebagian orang terutama yang berada didaerah perkotaan, alarm pagi di hari Senin merupakan musuh terbesar yang harus dihancurkan. Huft! Tapi buat saya yang "tidak beraktifitas" alarm di hari Senin, 23 Juli 2012, merupakan signal utk segera mandi dan bersiap-siap untuk menuju trip saya hari itu.

"Bangun..sekarang pukul 03.30. Bangun.." Begitulah bunyi alarm saya yg memang sengaja di-set sedemikian rupa. Tapi tampaknya efek tidur yg kemalaman, jadilah saya tidur lagi 15 menit lebih lama.

Trip saya kali ini adalah destinasi yang terkenal di kalangan keluarga di Jakarta khususnya. Apalagi bagi mereka yang ingin mencari udara yang sejuk. Puncak - Jawa Barat.

Sedikit penampakan Cimol :p
Berangkat dengan menggunakan motor kesayangan saya, yang bernama Cimol. Saya berangkat tepat di pukul 04.45 wib. Sepatu, celana jeans, kaos yang nyaman, dan sarung tangan biker, jaket dan tak lupa juga helm yang pastinya SNI, merupakan perlengkapan standart yang pastinya selalu saya kenakan setiap melakukan Bikepacker.

Bikepacker? Varian baru apalagi itu dari dunia traveling? Menurut pengertian saya, Bikepacker itu sendiri adalah berpergian dengan menggunakan sepeda motor dengan jarak yang cukup jauh. Punya artinya lebih baik? Monggo.. :) 

Selamat Datang Di Kota Bogor
Mengambil rute dari Bekasi, melewati Cibubur lalu lanjut ke arah Bogor dan berakhir di Tajur. Saya merasakan adrenalin yang seru untuk saya pagi itu. Meskipun matahari sudah menyapa dengan hangat, tapi bagi saya udara pagi itu cukup untuk membuat jari-jari saya sedikit kaku. Itu baru wilayah Bogor. Puncak? 

Nah! Kalo di Puncak, sudah pasti cuacanya lebih dingin dibandingkan Bogor. Dengan kontur jalanan yang berkelok-kelok secara teratur. Udara di Puncak otomatis membuat saya mendadak flu. Tapi hal itu tidak menyurutkan niat saya untuk terus tancap gas ke destinasi saya berikutnya. :)

Kawasan Wisata Puncak
Mengingat bulan ini dan hari Senin itu adalah puasa, maka saya dengan berat hati harus merelakan sate maranggi favorite saya tidak berjualan. Untungnya pagi tadi saya sudah sarapan dengan sarapan sejuta umat manusia. Yup! Mie instan dengan toping telur setengah matang. #infosuperpenting

Melewati satu persatu tempat di Kawasan Wisata Puncak, Jawa Barat. Sesekali saya mengupdate lokasi saya ke (uhuk!) pacar saya dan juga TravelTroopers via bbm group. Oh iyah..saya dan pacar saya sedang menjalankan masa LDR-an loh. Itu loh..Long Distance Relationship. #YakSip #InfoPening

Pemandangan Puncak
Kawasan Wisata Puncak tidak hanya TSI (Taman Safari Indonesia), tapi ada juga tuh buat yang mau piknik-piknik lucu barengan sama ganknya. Bisa meluncur ke Cibodas. Dengan lanskap yang berbukit-bukit dan udara yang sejuk, cocok tuh buat wisata piknik.

Atau kalo yang mau teawalk dan nge-teh di hamparan perkebunan teh, bisa juga melipir ke Perkebunan Teh Gunung Mas. Pemandangan hijau bisa bikin mood kamu kembali ceria.

Itu baru 2 tempat wisata alternatif di Kawasan Wisata Puncak, Jawa Barat. Yang lainnya? Silahkan meluncur langsung ke Puncak. Hanya 2 jam (kalo gak macet yah!) dari Jakarta via toll.

Balik lagi yuk ke Bikepacker saya. #lah *ketok lembut kepala, kakak*

Setelah melewati Cipanas, saya berfikir kalo tanggung yah kalo cuma sampai di sini dan gak ada satu rumah makan pun yang buka! #yakali

Lalu hati besar saya mengatakan untuk saya lanjut terus ke arah Bandung! Yoih! Bandung, permisah!

Jujur ini adalah Bikepacker saya sendirian pertama kali ke Bandung. Sebelumnya pernah, tapi sifatnya touring (iring-iringan motor dalam satu club - red). Itupun dengan rute yang berbeda dari yang saya lewati hari ini.

Dengan bermodalkan keyakinan dan sikap yang optimis, maka saya memutuskan.....Regina..kamu aman malam ini! #lospokus

Saya akan menuju Bandung ala Bikepacker! *semuanya bilang WOW yuk..!* WOW!

Jujur (lagih?! - red) saya gak tau pasti rute pergi ke arah Bandung. Saya cuma mengingat rute Bandung itu dari kata orang yang sudah ke sana naik motor. Rute intinya adalah Cipanas - Cianjur - Bandung. Tapi gak segampang itu ternyata rutenya. Banyak daerah-daerah yang gak kesebut dalam rute tersebut.

Soal jarak? Hmm...kasi tau gak yah? *dikeplak pembacah*

Untuk pergi pulang, jarak yang tertera di kilometer motor saya adalah 326km. Menghabiskan uang untuk bahan bakar sebesar Rp38.500.

Menuju Bandung dengan rute saya ini, mengingatkan saya kalo rute tersebut pernah saya lewati dengan mobil bersama keluarga saya. Tentu saja saya masi kecil, tetapi gak pernah lupa tuh sama jajaran gunung batu kapur berikut truk-truk dengan model kunonya untuk mengangkut batu-batu kapur tersebut. Rute ini adalah rute utama selain Purwakarta, sebelum adanya toll Cipularang.

Ditengah jalan rupaya timbul keraguan dan ketakutan saya untuk melanjutkan perjalanan ke Bandung. Ragu apa saya nanti bisa pulang tidak terlalu malam, dan takut apa nanti saya akan baik-baik saja selama perjalanan pulang nanti. Mengingat...jalanannya kalo kata bikers sih, tipe jalanan bersifat cornering.

Dalam hati saya sudah bilang, kalo nanti ketemu pom bensin, saya akan putar balik dan pulang. Akhirnya ketemu juga pom bensin! Isi bahan bakar dulu, trus iseng mulut saya nanya ke petugas pom bensin, masi jauh apa enggak untuk ke Bandung. "Setengah jam lagi kok, mas ke arah Bandung kotanya." Ngg..Ok! Setengah jam lagi yah? Tanggung nih kalo saya balik pulang!

Cimahi, merupakan kota pertama yang saya lewati sebelum masuk wilayah Bandung kota. Rupaya macet yah..akibat aktivitas jual beli sayur mayur, ayam, daging dan ikan. Ya ampun...bilang ajah napa aktivitas pasar!

Satu hal yang bikin saya sedikit harus berakrobatik adalah banyaknya angkot-angkot yang bisa tiba-tiba berhenti tanpa lampu sein. Sungguh..terlalu.. *jreng*

Memasuki Bandung kota, saya langsung menuju ke Kartika Sari untuk membeli oleh-oleh berupa pisang molen dan brownies kukus. 2 pack molen mini dan 1 pack brownies kukus ditebus dengan harga Rp92.000. Berhubung bulan puasa, agak sulit menemukan tempat makan yang buka. Beruntung bagi saya menemukan mie kocok yang letaknya tidak jauh dari Kartika Sari. Lengkap dengan tenda yang super ketutup, saya menikmati semangkok mie kocok khas Kota Kembang ini. Harganya? Cukup murah. Rp16.000 sudah termasuk 1 teh botol. 

Grand Serella - Ariel :))
Selesai makan saya melanjutkan untuk ke Jl. Riau. Berbekal arahan yang diberikan oleh tukang parkir. Jalan yang cukup populer dengan deretan factory outlet yang terkenal seantero Bandung. Sebut saja BaBe (Barang Bekas). Entah kenapa setiap kali ke Bandung, saya pasti mampir ke sini. Sekedar untuk melihat-lihat atau membeli. Harga yang ditawarkan pun cukup masuk akal (menurut saya loh). Barangnya pun macam-macam. Mulai dari jam tangan, sampai peralatan musik, tas, bahkan brankas juga ada.

Hari itu rupaya, Ariel yang merupakan vokalis Peterpan mendapatkan bebas bersyarat. Presscon-nya sendiri di adakan di Grand Serella yang terletak tidak jauh dari BaBe. Langsung saya menuju kesana, karena sudah janjian terlebih dahulu dengan salah satu Troopers, yaitu Rozy alias Ojie, yang juga seorang penyiar radio kondang di GenFM. (Stay tune terus yah di 98,7 GenFm, Sobat Gen!). Dia akan meliput presscon-nya Ariel.

Balik Ke Bekasi

Jam 1 siang tepat saya harus melanjutkan kembali perjalanan saya menuju Bekasi. Sesuai tadi yang saya bilang diatas. Totally saya gak tahu jalan pulang. Meskipun saya bisa lewat rute yang sama seperti pada saat saya datang, tapi rute pulang ternyata berbeda.

Bali? Bukan. Ini Taman Buah Mekarsari 
"Malu bertanya (katanya) sesat di jalan" arah pertama yang saya tanyakan adalah arah menuju ke Cimahi. Kemudian diarahkan ke arah Padalarang. Nah! Dari situ sudah gampang untuk menuju arah pulang. Tinggal pilih dari Cimahi, mau pulang lewat Cianjur lanjut ke Puncak dan Bogor. Atau..lewat Cimahi kemudian lewat Jonggol. Rute kedua inilah yang saya pilih. Lewat Jonggol! Jalanan relatif sepi dan banyaknya tanjakan, turunann, maupun cornering yang tajam. Untuk kamu-kamu yang ingin jadi pembalap ala Casey Stoner atau Taufik Hidayat (lah??), bisa tuh lewatin Jonggol.

Lewat Jonggol, akan tembus langsung ke tempat wisata Taman Buah Mekarsari. Rutenya cukup gampang, tinggal mengikuti papan petunjuk arah. Pemandangan menuju Jonggol untuk saya pribadi sungguh keren yah. Banyak pepohonan tinggi dan juga petak-petakan sawah yang sudah jarang bisa kita lihat kalo di perkotaan.

Sesampainya di rumah saya tepat jam 6.15 sore hari. Ada perasaan yang super menyenangkan, menegangkan dan gila dalam diri saya. Yang pertama belum tentu yang terakhir kali kan? :)

Cheers! 

Tips:
- untuk bertanya jalan dimanapun kamu berada, percayakan untuk bertanya kepada tukang parkir. 





Rabu, 18 Juli 2012

Bromo - A Trip To Sunrise

Bukan...ini bukan tentang kisah cinta saya dan pacar saya. Ini merupakan catatan perjalanan ke Bromo. 

Alkisah, 2 anak manusia yaitu Roro Anteng dan Joko Seger yang sudah menikah sekian lama, namun tidak mempunyai anak dlm pernikahan mereka. Kemudian mereka pergi sebuah gunung Bromo, untuk berdoa dan meminta agar di karunia keturunan oleh Dewa Brama. Roro Anteng dan Joko Seger berjanji, jikalau mereka di karunia keturunan, mereka akan mempersembahkan keturunan mereka kepada Dewa Brama. 

Akhirnya mereka pun diberikan keturunan. tidak hanya 1, melainkan 13 anak laki-laki dan 12 anak perempuan. Dikarenakan 1 anak tidak mempunyai pasangan, maka anak itu melarikan diri ke gunung Bromo. Seluruh warga desa mencari sang anak, namun tidak diketemukan. Akan tetapi Roro Anteng dapat mendengar suara anaknya tersebut, yang mengatakan kalau sang anak sudah tenang di Gunung Bromo. Sebagai gantinya sang anak minta agar seluruh warga desa membawakan sesajian setiap tahunnya ke puncak Gunung Bromo.

Karena itu, akhirnya desa tersebut dinamai Desa Tengger yang merupakan akhiran nama dari Roro Anteng dan Joko Seger. dan nama Gunung Bromo diambil dari nama Dewa Brama yang dipercaya mendiami Gunung Bromo.

Menuju Gunung Bromo

Ini merupakan trip saya yang kedua ke Bromo, setelah sekian lama, bahkan sangat lama dari trip saya waktu pertama kali ke Bromo. Berbekal mobil pinjaman milik kantor dari (uhuk!) pacar saya, yaitu Venny (@VennySiAmoy). Kami berempat menuju ke Bromo. Ada saya, Venny, Richard, dan Kelvin.

Batu Night Spectacular - Batu, JaTim - Indonesia
Perjalanan dari kota Surabaya dapat ditempuh dengan mengambil rute jalan toll, dengan exit toll Porong. Keluar toll, ambil belok kanan ke arah Sidoarjo. Karena hari masih siang, mama ke kantor dan papa arisan (mulai gak pokus!), kami berencana untuk punya 2 anak saja cukup menuju terlebih dahulu ke Malang, untuk mampir ke perkebunan Apel di Agrowisata Malang. Namun sayang, dikarenakan kurangnya pengendalian diri dan hawa napsu pengetahuan akan arah, kami (hampir) sampai di Agrowisata. Tapi untuk dari kehilangan arah tersebut, kami terdampar di dada Pamela Anderson BNS (Batu Night Spectacular). BNS adalah taman hiburan yang ada di daerah Batu, Jawa Timur. Mirip-mirip Dufan yang ada di Jakarta, tapi tiketnya lebih murah. Hanya Rp15.000 rupiah saja.

Dari Arah Batu, kami bergegas untuk menuju ke Bromo. Berangkat jam 8 malam dari Batu, kami mengambil arah ke Pasuruan - Probolinggo. Dengan kecepatan 80km/jam, kami jam stengah 10 malam sudah sampai di Kabupaten Pasuruan. Cari makan dulu di Kab. Pasuruan supaya gak kedinginan pas sampai Bromo nanti. 

Dari arah Pasuruan, ambil belokan ke kanan, setelah ada plang jalan menuju Bromo. Dari situ, akan disuguhi pemandangan hutan-hutan yang, saya yakin akan indah pada waktunya bagus dan asri welas pada waktu pagi hari. Dikarenakan kami sampai di sana pada malam hari, maka suasana jalan begitu lenggang dan sepi, sesekali ada penduduk yang lewat. Untuk mengusir rasa sepi, kami nari stamina mina ee waka waka ee menyetel channel radio setempat yang sedang memutarkan lagu-lagu bahasa Jepang. 

Jam 11 tepat kami sampai di pintu masuk Taman Impian Jaya Ancol Taman Nasional Gunung Bromo - Tengger. Banyak sekali warga sekitar yang menghampir kami untuk meminta tandatangan kami ataupun berfoto bareng menawakan jasa jeep maupun ojek. Harga yang ditawarkan untuk sewa jeep adalah harga resmi, yaitu Rp350.000/jeep untuk kapasitas 6 orang, namun itu belum termasuk tiket masuk sebesar Rp5.000/org. Harga sewa jeep tersebut untuk 2 tempat, yaitu Penanjakan (untuk melihat sunrise) dan Kawah Bromo. Sedangkan untuk harga Rp700.000 untuk 4 tempat, yaitu Penanjakan, Kawah, Pasir Berbisik, dan Savana. Sedangkan harga sewa untuk gadis-gadis belia ojek adalah Rp75.000/org. Silahkan pilih gadis-gadis yang kalian suka moda transportasi mana yang cocok dengan kantong kalian.

Sunrise - Kawah - Lupa Ingatan

Tidur di dalam mobil dengan suhu 10 derajat celcius, kami bangun jam 3 pagi untuk menyewa jeep. (saran: lebih baik menyewa jeep pada saat kalian sampai dan langsung menuju ke pos). Dikarenakan banyaknya pertimbangan yang kami lakukan, maka kami kehabisan jeep untuk menuju ke Penanjakan dan Kawah Bromo. Lalu datang lagi warga sekitar yang menawarkan jasa jeep dan ojek. Lalu kami deal untuk memakai Jeep. Nah! Disinilah kami mengalami sedikit kendala. Seorang penawar jasa kepada kami, meyakinkan kami kalau jeepnya ada dan memberi option untuk bisa bayar lgs ke dia, atau ke pos. Venny dengan pemikiran yang ekonomis, menyarakan saya untuk mengikuti penawar jasa tsb. Untung kami mengikuti penawar jasa tsb sampai pos. Kata Pak Rekun, yang merupakan 'kuncen" bagi driver jeep, kalo jeepnya ada tetapi dirvernya gak ada! Untung kami belum memberikan uang Rp350.000 ke penawar jasa tsb!

Jeep yang digunakan - Sumber: google
Dengan bermodalkan muka memelas, kami meminta sewa 1 jeep ke Pak Rekun. Beliau mengusahakan jeep yang kami butuhkan, dan mungkin itu merupakan hari keberuntungan bagi kami, jeepnya ada! *emoticon dance*

Driver kami bernama Pak Satip, beliau merupakan penduduk asli Desa Tengger. Beliau banyak cerita mengenai Bromo dan Tengger, yang kisahnya saya tuliskan diatas sebelumnya.

Setelah membayar tiket masuk yang terlebih dahulu ditalangi oleh Pak Satip, jeep kami meluncur dengan penuh birahi dengan lincah ke Penanjakan. Namun sayang, karena ramainya lalu lintas menuju sana, kami harus berjalan kaki sejauh hampir 1KM menuju Penanjakan. Suhu udara masih sangat dingin waktu itu, tapi tidak menurunkan libido kami semangat kami untuk melihat sunrise pada pukul 05.20.

Menanti Cinta Sunrise
Ramai dan berdesak-desakan. Itulah CokiCoki yang harus kami alami untuk mendapatkan spot terbaik untuk melihat sunrise. Wisatawan dari dalam dan luar negri sangat antusias untuk menyaksikan sunrise, yang diiringi dengan teriakan-teriakan mama minta pulsa untuk menyambut sunrise.

Perlahan suhu Aceng udara yang tadinya sungguh dingin, menjadi hangat, sehangat mentari menyambut kami yang sedari tadi menunggunya.

Perpaduan warna yang sungguh indah untuk mengagumi ciptaan Tuhan yang satu ini. "Tuhan yang menciptakan, Manusia yang menikmatinya."
Setelah puas melihat gadis desa mandi dan mencuci sunrise, kami bergegas menuju ke jeep, untuk menuju ke spot berikutnya, yaitu Kawah Bromo.

Lautan Pasir
Melewati jalan yang curam dan turunan dengan kemiringan 45 derajat di titik-titik tertentu, kami akhirnya sampai di lautan pasir. Jeep-nya Pak Satip begitu lincah melibas trek lautan pasir tersebut.Sesampainya di tempat parkir, kami melanjutkan berjalan kaki menuju ke kaki Gunung Bromo. Berjalan sejauh hampir 2 kilometer di lautan pasir bukan hal yang mudah. Karena sifat pasir yang menghisap dan banyaknya "ranjau darat' berupa kotoran kuda, harus ektra hati-hati. Disarankan untuk memakai sepatu yang nyaman.

Tangga Pendakian Menuju Kawah Bromo
Sebenarkan kalo malas untuk berjalan kaki, bisa juga kok menyewa kuda, dengan merogoh kocek Rp100.000 untuk sampai di kaki Gunung Bromo. 

Oh iyah, gunakan masker dan syal yah untuk melewati lautan pasir. soalnya banyak debu debu intan pasir yang berterbangan. Lumayan untuk bikin sesek napas.

Tangga Pendakian untuk dapat melihat Kawah Bromo, berjumlah sekitar 245 anak tangga. Ada beberapa anak tangga keatas yang sudah rusak, mohon kehati-hatiannya. Kalo gak pokus, salah-salah bisa tergelincir.

Kawah Gunung Bromo
Sesampainya di Kawah Bromo, udaranya terasa hangat dan sedikit berbau belerang. Ambil foto sejenak dan berinteraksi dengan beberapa turis mancanegara, hanya 15 menit kami ada di atas Gunung Bromo. Untuk turunpun harus mengantri supaya tidak terjatuh dalam pelukan di tangga.

Jalur turun lebih enak dan gak terlalu menguras bak mandi seminggu 2x tenaga seperti saat jalur pendakian. Namun harus hati-hati mengambil jalur, baik naik atau turun supaya gak ditabrak kuda, seperti yang saya alami.

Sesampainya ditempat parkiran jeep, kami langsung capcus menuju parkiran mobil kami di pos Taman Nasional Bromo - Tengger. Nah! Disini ada kejadian yang lucu (menurut kami loh! #teges). Kami berempat mendadak lupa ingatan! Kami lupa siapa nama driver jeep kami. Dengan muka unyu mirip Jay Chou (silahkan muntah, pembaca), saya menanyakan ke driver kami namanya. Dengan muka terperangah (beneran loh), beliau memberitahukan namanya adalah Pak Satip! #Zonk

Bromo...Satu lagi ciptaan Tuhan, dengan segala pesonanya. :) 
 
*Sekilas Info*

Bulan Agustus tahun ini tanggal 3-4, ada Festival Tengger. Sebuah festival, dimana seluruh suku Tengger membawa sesajian ke Kawah Gunung Bromo. Yuk!
 

Minggu, 29 April 2012

Tanda Tjinta Soerabaja


Traveling saya kali ini rada sedikit membawa misi yaitu menemani temen saya untuk interview di sebuah bank internasional di Surabaya. Tepatnya di Jl. Mayjen Sungkono. Saya pergi ber-tiga dengan teman saya yg mau interview dan juga pacar saya (uhuk!). Perkenalkan nama-nama mereka adalah Richard Nikolas dan Venny Santoso.

Saya sendiri terakhir ke Surabaya sekitar 8 tahun yang lalu, jadi udah cukup lupa kemana-mana ajah waktu itu. Maklum bersama keluarga perginya. Sedangkan teman saya, Richard Nikolas juga sudah lama sekali terakhir ke Surabaya, dan (uhuk!) pacar saya pertama kali menginjakan kakinya di Surabaya.

Pasar Senen - Pasar Turi

Perjalanan di mulai ketika 2 hari sebelum keberangkatan saya membeli tiket untuk sekali jalan dengan tujuan Pasar Senen - Pasar Turi dengan menggunakan Kereta Gumarang di kelas bisnis. Berangkat pukul 18.05 dan di jadwalkan akan sampai di Surabaya (Pasar Turi) pukul 05.48. Berarti sekitar 12 jam kami duduk manis di dalam kereta. Harga tiket Rp165.000 untuk sekali jalan.

Di hari keberangkatan, Kereta Gumarang datang pukul 18.15 WIB. Agak bingung awalnya mencari tempat duduk, karena ini traveling pertama saya dengan menggunakan kereta api. Melewati beberapa stasiun besar seperti, St. Cirebon, Brebes, dan Semarang. Para penjaja oleh-oleh menawarkan makanan khas dari masing-masing kotanya.

Stasiun Pasar Turi
Di dalam kereta pun juga tersedia makanan dan minuman yang akan di tawarkan oleh pihak kereta api. Mulai dari bistik ayam, mie rebus, wedang jahe, kopi dan juga teh manis. Untuk harga mulai dari 10ribu rupiah Selain itu juga ada penyewaan bantal, selimut dan handuk muka. Dengan harga mulai dari 4ribu rupiah.

Sesampainya di Stasiun Pasar Turi, teman-teman akan di sambut oleh tukang becak, supir taksi yang menawarkan jasanya untuk mengantar teman-teman ke tempat tujuan. Kami kemudian sepakat untuk terlebih dahulu mencari tempat penginapan. Dengan menggunakan taksi, kami ditawarkan harga 40ribu untuk keliling tempat yang akan kami tuju sampai mendapatkan tempat menginap yang sesuai dengan budget kami.

Suasana Jalan di Jl. Basuki Rahmat
Menginap di Hotel Pregolan dengan tarif 320ribu/malam. bukan pilihan yang tepat. Tapi mau gmana lagi mengingat jam 9, Richard akan interview untuk pekerjaannya di Surabaya. Sebetulnya banyak hotel/hostel murah. Namun sayang, sudah fullbooked. 

Explore Surabaya

Pecel di Depot Mimi
Selesai Richard interview, kami memutuskan untuk mencari makan. Mengingat saat itu jam 1 siang, dan perut keroncongan. Terakhir kami makan itu di dalam kereta sekitar jam 8 malam. Sambil jalan kaki, kami berjalan menuju ke Tunjungan Plaza. Di sampingnya terdapat warung makan yang pastinya murah dan bikin kenyang. Menu yang kami pesan adalah mie pangsit, ayam penyet dan nasi krengsengan. total uang yang kami keluarkan adalah 22ribu saja. Murahkan? :)
Es Krim Zangrandi

Kemudian lanjut kami ingin cari cemilan. Apalagi dengan udara kota Surabaya yang cukup terik hari itu. Cemilan yang kami maksud adalah Es Krim Zangrandi. Terletak di Jl. Yos Sudarso, Zangrandi merupakan depot es krim yang populer di kota Surabaya ini. Dengan harga mulai 20ribu, temen-temen udah bisa menikmati es krim homemade khas Zangrandi.

Suasana kota Surabaya menurut saya termasuk bersih, bila di bandingkan dengan Jakarta. Tanya-tanya ke supir taksi, ternyata Walikota Surabaya menetapkan aturan untuk tidak buang sampah sembarangan. Kalo ketauan buang sampah sembarang, maka akan kena denda 50juta!
Warung kakilima - Jl. Dharma Husada
Bakso Vegetarian

Untuk urusan kuliner, Surabaya emang gak salah deh! Ada yang namanya Bakso Ruwet yang terletak di Jl. Wijaya Kusuma. Jangan lupakan juga untuk nyobain Nasi pecel, Nasi Cumi, dan Nasi Udang Ibu Rudy yang terletak di Jl, Dharma Husada. Untuk temen-temen yang vegetarian, di depan Nasi Udang Ibu Rudy, ada warung kaki lima yang menawarkan menu-menu vegetarian.

Pasar Atom, yang merupakan salah satu pasar di Surabaya, juga bisa temen-temen temui penjual aneka makanan yang enak-enak dan sayang untuk gak mampir sekedar icip-icip.
Mesin Cetak - House Of Sampoerna
RR SL 234 - House Of Sampoerna

Jangan lupa untuk mampir di Museum Sampoerna atau yang lebih di kenal dengan nama House Of Sampoerna yang terletak di Jl. Taman Sampoerna - Krembangan. Di sana temen-temen bisa melihat proses pembuatan rokok Sampoerna, sekaligus bisa belanja oleh-oleh. Kalo temen-temen lapar, bisa mampir ke A Cafe yang terletak di dalam komplek House of Sampoerna.








- Tanda Tjinta Soerabaja -



Minggu, 22 April 2012

Vietnam..Ho Chi Minh...HO..HO...!!

It's FREE....

Bulan Januari 2012, saya berkesempatan untuk mengunjungi Vietnam. Dalam rangka outing kantor tempat saya bekerja sekarang sebagai PR Community Relations. Itu artinya semua biaya perjalanan, akomodasi, dan acara makan resmi di tanggung oleh kantor saya. (Asoooy!)

Menuju Rumahnya Paman Ho..

Perjalanan menempuh waktu selama kurang lebih 3 jam. Berangkat jam 4 sore, dan sampai di Vietnam jam 7 malam. Tidak ada perbedaan waktu antara Vietnam dengan Indonesia. Menggunakan maskapai Air Asia, perjalanan mulus dan menyenangkan, walaupun selama 3 jam perjalanan, tidak ada meal yang saya beli. (ngiriiiiit kakak.....)

Than Son Nhat International Airport
Sesampainya di Bandara Than Son Nhat, kami menuju loket imigrasi untuk mendapatkan stamp tanda kami boleh memasuki rumahnya Uncle Ho. Agak shock untuk saya melihat petugasnya berwajah sangar dan terkesan militer. Lepas mendapatkan stamp imigrasi, ketua rombongan kami langsung menghubungi konektor kami di Vietnam untuk segera menjemput kami di Bandara. Turun ke bawah menuju pintu keluar, kami menukarkan USD yang kami bawa dengan mata uang setempat, yaitu Vietnam Dong atau VND. 1 USD dihargai di money changer bandara seharga 21.000 VND.

On The Way.....

Sesudah bertemu dengan driver yang akan membawa rombongan kami ke hotel, kendala pertama terjadi. Dirver yang membawa kami ternyata tidak fasih berbahasa Inggris, alhasil kami bersusah payah menjelaskan ke driver kami tentang alamat hotel yang kami tuju.

Sepanjang perjalanan dari bandara menuju hotel, jujur saya rada kaget melihat pemandangan kota Vietnam. Motor yang lalu lalang lebih banyak dari Jakarta pada umumnya. Helm yang di pakai pengendara motor pun masih menggunakan helm catok. Coba kalo tuh helm di gunain untuk naek motor di Jakarta, Priiiiiittt....!! Anda, saya tilang! (FYI - lajur untuk kendaraan berhenti terletak di sebelah kanan)

"Night Tour at Vietnam"
Kimdo Royal Hotel
Sesampainya di Kimdo Royal Hotel, yang menjadi penginapan kami selama 4 hari 3 malam. Kami bergegas mencari tempat untuk makan malam. Berhubung kami semua belum pernah ada yang ke Vietnam, kami bingung abis untuk mencari makanan di Vietnam. Kendalanya adalah takut rasa makanannya tidak cocok di lidah kami. (Maklum yah biasa makan nasi uduk pecel lele....)

Masuklah kami di sebuah resto kecil yang menghidangkan Pho, yaitu sejenis mie tapi terbuat dari beras. Tersedia dengan isian ayam, sapi, dan babi. Untuk temen-temen yang muslim, gak perlu ragu untuk menanyakan apakah makanan ini ada babi nya apa enggak.

Pho
Dengan membayar seharga 32.000 VND/ orang, cukup mengganjal perut kok. Selesai minum lime juice yang saya pesan, kami rombongan langsung menuju salah satu covenience store untuk membeli cemilan. saya sendiri beli kartu untuk menelepon dan Blackberry service. Namun saya, info yang saya dapatkan dari penjaga toko, kalau layanan Blackberry di Vietnam kurang begitu populer. Alhasil 15 menit, penjaga toko membantu saya untuk mengaktifkan layanan tsb, dan ternyata berakhir dengan kegagalan.

Harga kartu perdana di sana, menggunakan VinaPhone. membayar 10 USD (katanya kalo beli melalui tour guide lebih murah tuh..).  Lumayan, pulsa isi 50.000 VND bisa utk telpon dan SMS keluarga di Indonesia.

Muter-muter kota sebentar, tim cewek-cewek langsung menuju ke hotel untuk beristirahat kembali, mengingat jam 8 esok pagi, kami akan tour ke Chu Chi Tunnel.

Yang cowok-cowok? Hum....2 hari sebelum keberangkatan. Saya browsing dulu tuh soal tempat hiburan malam di Vietnam. Eits....bukan untuk nyari yang macem - macem (walaupun ketemunya yang macem-macem). Alhasil, jam 12 malam, kami keluyuran nyari tempat hiburan malam. Berbekal rasa penasaran (80%) dan rasa sotoy (20%), kami nanya-nanya ke supir taksi. Lupa kalo mereka juga gak fasih bhs Inggris, kami nanya dengan menggunakan body language, sedikit joget ala clubbing. Akhirnya? BERHASIL!

Masuklah kami ke sebuah night club. Dengan membayar 250.000 VND/ orang mendapatkan 1 botol bir. Skip...skip ah apa ajah yg terjadi disana...hahahhahahaa...!

Selesai party, kami bergegas menuju kembali ke hotel untuk beristirahat. :)

Chu Chi Tunnel - Saksi bisu.. (Day 1)

Jam 8 seharusnya kami sudah berangkat untuk menuju ke Chu Chi Tunnel, cuma karena kebiasaan orang Indonesia yang demen banget pakai jam karet, perjalanan pun molor 1 jam. Dengan sabarnya tour guide kami menunggu. Buat temen-temen yang traveling menggunakan jasa tour guide, disarankan untuk gak pake jam karet. :)
Pak Pulisi....!!
Kabel Listrik

Menuju ke Chu Chi Tunnel yang mempunyai waktu tempuh sekitar 1 setengah jam perjalanan, membuat saya tidak bosan. Pemandangan kota Saigon jelas mempunyai ketertarikan tersendiri bagi saya. Mulai dari Pak Polisinya yang kemana-mana selalu berboncengan, sampai gmana ruwetnya kabel-kabel listrik yang bikin saya sukses melongo!

Tiba di Chu Chi Tunnel yang dulu merupakan ladang perang tentara VietChong dengan tentara AS dan sekutunya. Membuat kami berimajinasi tentang situasi perang saat itu, berbekal dari buku panduan, dan penjelasan dari tour guide serta menyimak video tentang perang Vietnam. Melihat beraneka jebakan yang di buat oleh tentara VietChong untuk tentang AS dan sekutunya, serta melihat lubang-lubang udara yang di buat untuk suplai oksigen selama mereka berada di dalam terowongan. Ada juga demo mengenai pembuatan makanan pokok penduduk sekitar yaitu lembaran beras yang kalo di Indonesia sebutannya adalah opak.

Salah satu terowongan - Chu Chi Tunnel
Saya sendiri ikutan masuk ke terowongan yang di buat oleh penduduk untuk bersembunyi dan mengatur strategi perang. Saya pikir apa muat yah saya masuk tunnel tsb. Ternyata..muat! Hehehee..tak heran banyak juga banyak turis-turis lainnya yang berukuran badan lebih besar dari saya, tapi mereka muat loh. 

Mangkok Keramik ala Vietnam
Di tempat peristirahatan di Chu Chi Tunnel, kami di sugguhkan dengan cemilan setempat yaitu berupa singkong rebus dengan bumbu kacang yang di sajikan secara terpisah. Dengan minuman berupa teh tradisional yang rasanya sedikit pahit namum bikin segar kembali.

Lepas dari Chu Chi Tunnel, kami menuju ke tempat pembuatan keramik tradisional. Disana teman-teman bisa melihat bagaimana pembuat keramik, dan kerajinan tangan lainnya berbahan dasar kulit telur. Bisa juga loh membeli salah satu kerajinan sebagai oleh-oleh. :)

Tempat makan di Ben Thanh Market
Malam hari nya kami mengunjungi Ben Thanh Market untuk membeli oleh-oleh tahap pertama. Barang-barang yang di perjual belikan mulai dari asesoris untuk wanita, spt tas, sepatu, gelang-gelang, dll. Ada juga penjual makanan keliling yang boleh juga temen-temen cobain. Tips : jangan ragu untuk menawar harga barang setengah dari harga yang di tawarkan. Bahasa yang di gunakan di Ben Thanh Market adalah bahas kalkulator. 


Saigon Kick! - Day 2

Hari ini kami akan mengarungi Sungai Mekong. Sungai Mekong melintasi 6 negara, yaitu China propinsi Yunnan,  Myanmar, Thailand, Laos, Kamboja dan Vietnam. Dengan panjang sekitar 4.350 - 4.909 km, Sungai Mekong merupakan sungai ke-12 terpanjang di dunia.

Sepanjang perjalanan menuju ke Pelabuahan sungai Mekong, Tour Guide kami yang bernama tenar Tom Cruise selalu memanggil kami dengan sebutan My Family, dan mengajarkan yel-yel seperti judul postingan blog ini. :) Sekaligus menjelaskan kalau Vietnam mempunyai nama lain yaitu Saigon, yang artinya adalah Kapuk.

Mekong River
Woman on the boat
Menggunakan boat berkapasitas 15 orang, kami akan mengunjungi 4 pulau yang menjadi daerah wisata di Saigon. Masing-masing pulau mempunyai daya tarik tersendiri sebagai daerah potensi wisata di Saigon. Mulai dari acara minum teh yang dicampur dengan royal jelly dan madu, plus cemilan ringan. Sambil mendengarkan alunan musik yang di bawakan oleh seniman musisi di pulau tersebut, lalu ada proses pembuatan choconut candy yang aseli enak! :D Untuk menuju pulau yang satu dengan yang lain, kami menggunakan sejenis sampan. Seru dan menegangkan karena sampannya rada sempit. 

Puppet Water Show
Ada lagi nih yang gak boleh temen-temen lewatkan kalo ke Vietnam. Ada pertunjukan yang seru dan kocak. Namanya Puppet Water Show. Berhubung saat itu menjelang liburan Tahun Baru Imlek. Maka tema pertunjukan yang di ambil yaitu berkisah tentang Water Dragon. Terbengong-bengonglah kami semua melihat bagaimana boneka-boneka kayu itu bisa maen-maen di atas air. Dengan musik tradisional, kami selalu berdecak kagum sama Puppet Water Show ini. 

Lepas dari menonton Puppet Water Show, rupanya perut orang Indonesia gak tahan sama yang namanya lapar kalo abis jalan-jalan jauh yah. Sampai di hotel kami menuju ke tempat makan malam kami, yang ternyata adalah sebuah kapal pesiar. Aseli baru kali itu saya makan sambil naek kapal pesiar. (norak yah...gak papa...hahahha!).
Fire Dance

Menu yang di sajikan adalah steam boat dengan beraneka seafood di dalamnya. Untuk harganya saya jujur tidak begitu tahu. Karenakan kantor yang membiayainya :p, tapi taksiran saya sekitar 20 USD/orangnya. Jam 8 malam, kapal ini bergerak mengitar perairan di sekitarnya. Sungguh, bukan suatu hal yang enjoy untuk saya pribadi saat makan dengan kendaraan yang bergerak, apalagi sejenis kapal besar. Yang unik di kapal ini adalah adanya pertunjukan Fire Dance percis di samping meja kami makan yang terdapat stage kecil. Pramusaji di sana menggunakan busana seperti pelaut baik pramusaji pria maupun wanita. Keren!
Balai Kota at Vietnam

Selesai makan malam, kami berfoto-foto di Balai Kota yang full lampu dengan taman di depannya. Lalu lintas pada jam 10 malam masih cukup ramai, mengingat hari itu adalah malam mingguan. Eh btw, di Saigon ada kan yah acara MalMing? hahhahaha...

Balai Kota ini berbeda sekali dengan yang ada di Indonesia. Karena Vietnam hasil pernah di jajah sama bangsa Prancis, maka konstruki Balai Kota dan bangunan-bangunan sekitarnya bergaya arsitektur Prancis. :)

Oh iyah...yang bikin saya takjub adalah bersihnya udara di Vietnam. Bayangkan...seharian tour dengan kondisi jalanan yang ramai, tapi gak sedikitpun debu menempel di muka saya. Coba kalo setengah hari ajah, temen-temen ngubek Jakarta. Muka mendadak item dan berdebu. 

Last Day at Vietnam.....See You Again, Uncle Ho!

Hari terakhir kami di Vietnam di habiskan dengan cara yang biadab. Yaitu menghabiskan sisa VND kami untuk mengunjungi Ben Thanh Market di pagi hari. Mencari oleh-oleh berupa kopi dan teh khas Negeri Uncle Ho, membeli pernak-pernik seperti asesoris dan gantungan kunci (oleh-oleh standart), dan mencicipi Ice Coffe di salah satu kafe. Saya sendiri tidak menghabiskan sisa VND saya. Sedikit punya kebiasaan untuk menyimpan mata uang negara yang saya kunjungi. Saat itu Vietnam di landa hujan yang cukup deras, tapi lagi-lagi saya di buat kagum sama betapa tertibnya penggunakan kendaraan bermotor, baik mobil, motor, maupun bus. 

Untuk sekedar info yang saya dapatkan dari pedagang setempat bahwa harga barang yang di tawarkan, kalo kita mengunjungi Vietnam tidak pada saat musim liburan, biasanya lebih murah sekitar 20% belum termasuk tawar-menawar. Noted!

Penasaran sama serunya traveling ke Vietnam? Vietnam.....Ho Chi Minh...HO...HOOO....!!

Nb : Karena ini trip udah lama saya lakoni, maka mohon di maafkan yah kalo ada info2 yang salah. Maklum, generasi saya adalah generasi pelahap micin! Hahahaha... Have a nice read, my traveling blog! :)










Rabu, 18 April 2012

Bandung Selatan - The Other Side Of Bandung


Sering ke Bandung? Ada Dago, Lembang, Tangkuban Perahu, dan Kawasan belanja Cihampelas. Eit....itu mah udah biasa! Selain daerah-daerah wisata tersebut, temen-temen juga bisa nih kunjungin tempat wisata di daerah Bandung Selatan - The Other Side Of Bandung.


Ancer-ancernya....
Kalo temen-temen yang berdomisili di Jakarta, dapat menempuh Bandung melalui Tol Cipularang dengan exit pintu tol Kopo trus ambil belok ke kanan, lalu teruuuuuuuuuuuuuuuuuuuussssssssssssssss........sampai deh di wilayah Bandung Selatan. (Informasi apa nih..... *no hope*)

Temen-temen bisa gunain berbagai macam alat transportasi. Mulai dari motor (touringers), mobil pribadi, bus travel, sampai baling-baling bambu... (kemudian hening ke kubur). Cukup sediain uang bensin sekitar Rp100.000 - Rp200.000. Tergantung kendaraan yang temen-temen gunain. 

Objek Wisatanya nih....


Perkebunan Teh Malabar, Pangalengan
Kebun Teh Malabar, Pangalengan
Terletak di kawasan perkebunan Pangalengan yang kaya dengan sejarah. Alam pegunungan dengan udara yang sejuk segar, dapat dinikmati oleh keluarga atau siapa saja yang ber-rekreasi di sini. Disini juga tersedia bungalow dan pemandian air panas alam.

Curug Malela
Curug Malela
Keberadaan objek wisata Curug Malela ini belum cukup dikenal oleh masyarakat luas. Kebanyakan yang berkunjung ke Curug Malela adalah mereka pencinta alama, yang senang menempuh jalan kaki. Curug Malela berlokasi di desa Cicaday, Kecamatan Rongga, Gununghalu, daerah paling selatan Kabupaten Bandung yang berbatasan dengan Kabupaten Cianjur.

Ciwidey
Salah satu Perkebunan Stawberry di Ciwidey
Ciwidey terkenal dengan strawberrynya. Di kiri dan kanan jalan di Ciwidey, temen-temen bisa liat rumah-rumah warga yang di depannya di tanami oleh pohon strawberry. Selain itu kita juga bisa metik langsung strawberry dengan membayar sekitar Rp75.000. Dijual juga olahan strawberry, seperti selai strawberry.

Kawah Putih
Kawah Putih
Menyajikan pemandangan yang indah, ditambah dinginnya udara dengan suhu terendah bisa mencapai 10 derajat celcius di saat-saat tertentu. Kawah Putih dulunya merupakan penambangan belerang pada jaman penjajahan Belanda. Tempat ini juga sering di jadikan lokasi untuk (uhuk!) foto prewedding. Di dalam kawasan wisata Kawah Putih terdapat danau belerang yang airnya berwarna hijau cerah.
Seniman di Kawah Putih :)
Danau Situ Patengan
Situ Patengan
Danau Situ Pantengan dapat di tempuh dalam waktu 1 jam dari kawasan wisata Kawah Putih. Dengan terlebih dahulu membayar tiket masuk, temen-temen dapat melihat danau yang menyuguhkan pemandangan yang super hijau. Di tengah Danau Situ Patengan, terdapat objek wisata yang bernama Batu Cinta. Untuk kesana, temen-temen bisa sewa perahu yang memang menjadi alat transportasi menuju ke Batu Cinta.

Nah...menarik kan objek-objek wisata di daerah Bandung Selatan. Jadi kalo temen-temen mau ke Bandung, gak harus belanja mulu kok. Bisa nikmatin udara segar plus pemandangan yang ciamik di Bandung Selatan. :)

See you there! :D